Proses Terjadinya Turnover Karyawan
Proses terjadinya turnover dianalisis melalui pendekatan psikologis dan struktural. Psikologis adalah respon psikis dari karyawan. Sedangkan struktural adalah berbicara secara keseluruhan dari struktur perusahaan. Pada analisis proses terjadinya turnover, kami akan membahas dari sudut pandang karyawan.
Pertama, karyawan akan mengevaluasi beberapa hal selama mereka bekerja. Biasanya karyawan baru merasakan budaya dan tekanan kerja pada bulan ke-6. Biasanya mereka mengevaluasi kerjasama tim, sistem kerja perusahaan apakah sudah pro-karyawan atau belum, rutinitas kerja, dan juga hubungan dengan atasan.
Pada proses ini, karyawan mulai memiliki opsi untuk tinggal atau tetap bekerja. Pada fase ini karyawan cenderung memiliki performa kerja yang menurun. Pada fase ini juga karyawan tersebut mulai mencari peluang pekerjaan baru yang lebih baik.
Pada tahap ini, karyawan mulai mengajukan resign kerja kepada tim kemudian kepada tim HR. Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini adalah melakukan exit interview dan juga komunikasi internal divisi.
Exit interview dilakukan untuk menjawab permasalahan karyawan dan sebagai bentuk keyakinan perusahaan bahwa karyawan tersebut masih dibutuhkan. Kedua, exit interview dilakukan sebagai sarana evaluasi perusahaan dalam menyusun sistem kerja yang kolaboratif dan lebih humanis.
Komunikasi internal divisi pun juga demikian. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan masukan dan keresahan karyawan selama bekerja bersama dalam tim.
Baca juga: Bagaimana Cegah Turnover Karyawan Tinggi saat COVID-19?
Turnover Sukarela (Voluntary Turnover)
Ini terjadi ketika karyawan secara sukarela memilih untuk meninggalkan perusahaan. Alasan umum untuk turnover sukarela termasuk mencari peluang karier yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, ketidakpuasan dengan lingkungan kerja, atau masalah pribadi.
Apa Itu Turnover Rate?
Turnover rate atau tingkat perputaran karyawan adalah ukuran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam periode waktu tertentu, baik secara sukarela (resign) maupun karena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Tingkat turnover yang tinggi dapat menjadi tanda adanya masalah di lingkungan kerja, seperti ketidakpuasan karyawan, kurangnya peluang pengembangan karier, atau masalah dengan manajemen. Sebaliknya, turnover yang rendah biasanya menunjukkan lingkungan kerja yang stabil dan karyawan yang merasa nyaman di tempat kerja. Turnover rate penting dalam manajemen sumber daya manusia karena mempengaruhi biaya rekrutmen, pelatihan, produktivitas, dan stabilitas tim di perusahaan.
Baca Juga: Atasi Masalah Kinerja Karyawan agar Kembali Optimal Bekerja
Menanam Budaya dan Lingkungan Kerja yang Ramah Teknologi
Berbicara teknologi berarti berbicara tentang kemudahan. Membudayakan teknologi pada organisasi perusahaan termasuk dalam rangka memenuhi kebutuhan karyawan. Misalnya menggunakan software HR untuk kebutuhan kelola karyawan atau menggunakan pekerjaan administrasi lainnya dengan bantuan teknologi.
Contohnya saja menyediakan laptop pribadi untuk kebutuhan kerja. Bayangkan jika suatu saat ada krisis lingkungan atau pandemik, Anda tidak perlu lagi kebingungan terkait work from home karena karyawan telah dibekali dengan laptop kantor.
Hal lainnya adalah terkait employee self-service atau layanan mandiri karyawan. Hal ini tentu dapat meningkatkan kenyamanan kerja karyawan karena dapat memenuhi segala kebutuhan secara mandiri misalnya cuti, work from home, atau absensi sekalipun.
Perhitungan Tingkat Turnover Tahunan
Hitungan sederhana dari tingkat turnoverkaryawan adalah menghitung jumlah karyawan keluar dibagi dengan perbandingan jumlah karyawan pada akhir tahun sebelumnya dengan jumlah karyawan pada tahun perhitungan saat ini.
Misalnya Anda ingin menghitung turnover karyawan pada tahun 2019. Perusahaan Anda memiliki karyawan keluar 10 orang selama tahun 2019.
Jumlah karyawan Anda pada akhir tahun 2019 adalah 100 dan pada awal tahun 2020 sebanyak 100 orang. jadi: (10/(100+100);2 x 100) berarti tingkat turnover karyawan Anda pada tahun 2019 adalah 10%.
Tantang Karyawan untuk Berkembang
Karyawan yang baik adalah karyawan yang mampu untuk berkembang. Namun Anda jangan hanya mengandalkan karyawan untuk berkembang sendiri, namun harus diberikan dorongan. Apabila karyawan didorong untuk terus berkembang, maka karyawan juga bisa memberikan yang terbaik.
Rasa bosan juga akan hilang, dengan adanya tantangan ini. Saat ini, karyawan akan cenderung memperhatikan kenyamanannya dalam bekerja bersamaan dengan intensitas tantangannya. Jika pekerjaannya hanya itu-itu saja dan monoton, maka karyawan akan mudah bosan.
Sedangkan jika sudah bosan, maka karyawan akan cenderung mencari alternatif pekerjaan lain yang dianggap lebih menarik dan menantang. Hal ini tentunya bisa memicu tingkat turnover menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, pemberian tantangan untuk berkembang menjadi sangat penting.
Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan
Menghitung tingkat turnover karyawan atau labor turnover rate dapat dianalisis dengan menggunakan dua metode; perhitungan satu tahun dan perhitungan masa kerja di bawah satu tahun. Mana yang lebih efektif? Keduanya efektif sesuai dengan kebutuhan analisis.
Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan
Dalam melakukan perhitungan ini, biasanya HR akan membaginya ke berbagai periode waktu. Dimana, kondisi ini akan sangat efektif, dari data tersebut setiap industri bisa melakukan strategi khusus.
Bagaimana caranya mempertahankan karyawan. Terkadang mereka keluar bukan karena gaji bisa suasana atau tidak cocok dengan rekan kerja dan lainnya. Untuk mengetahui rumus menghitungnya, coba simak ulasannya di bawah ini.
Learn how we can help
If you’re planning to take your firm global in the future, contact Globalization Partners today to learn how we can help with your planned international expansion.
Anda pasti sering mendengar istilah tingkat turnover karyawan. Namun apakah Anda memahami pengertian turnover karyawan? Secara singkat, turnover karyawan adalah proses keluar-masuknya karyawan di suatu perusahaan.
Aktivitas turnover karyawan itu sejatinya tidak bisa dihindari dan terbilang wajar. Bahkan cenderung menguntungkan perusahaan jika dilakukan dalam periode yang sewajarnya.
Lain cerita jika perusahaan terlalu sering gonta-ganti karyawan. Bisa-bisa perusahaan yang rugi.
Kultur, Koneksi, dan Kontribusi
Strategi retensi akan sukses apabila didukung oleh 3 pilar, yaitu kultur, koneksi, dan kontribusi. Kultur perusahaan bisa menjadi faktor penting dalam memenuhi ekspektasi dan kebutuhan karyawan.
Kultur perusahaan tercipta melalui pengalaman karyawan dengan rekan kerja, manajer, dan atasannya. Mempertahankan lingkungan kerja yang kondusif untuk menciptakan pengalaman kerja yang positif merupakan strategi retensi yang efektif.
Kultur ini biasanya dikaitkan dengan tingkat generasi karyawan. Karyawan dari generasi X biasanya lebih suka lingkungan kerja yang menjamin stabilitas dan keamanan finansialnya. Sementara itu, karyawan dari generasi Y lebih tertarik pada perusahaan yang mendukung pengembangan kariernya.
Strategi ini sudah dipakai Tiket.com untuk menahan laju turnover karyawan. Hasilnya cukup bagus, tingkat turnover karyawan Tiket.com di tahun 2019 hanya 8 persen.
“Harus ada timbal balik plus dari kultur yang baik atau having fun at the office,” ucap Chief People Organization (CPO) Tiket.com, Dudi Arisandi, di acara CEO Power Breakfast by Talenta dengan topik “Preparing Startups Organization for Scalable and Accelerated Growth yang digelar di Ayana Hotel, Jumat (24/1).
Selanjutnya, koneksi adalah pilar kedua. Koneksi bisa dalam bentuk menciptakan hubungan kerja yang positif dan produktif dengan rekan kerja. Bentuk lainnya yaitu menciptakan kehidupan kerja yang seimbang.
Karyawan tentunya lebih menyukai pekerjaan yang menawarkan waktu untuk kepentingan pribadi atau tetap bisa terkoneksi dengan kehidupan di luar pekerjaan, seperti menjalani hobi. Jadi, karyawan tidak begitu terbebani dengan pekerjaannya. Artinya, karyawan membutuhkan fleksibilitas kerja agar bisa rehat dari pekerjaan sejenak.
Ketiga adalah kontribusi dalam hal ini merupakan upaya yang dilakukan manajemen perusahaan untuk mencari tahu kemampuan apa yang paling kuat dari seorang karyawan. Dengan begitu, perusahaan bisa memanfaatkan kemampuan tersebut semaksimal mungkin.
CEO & Co-Founder Agate International, Arief Widhiyasa, bilang dia sangat menghargai kemampuan yang dimiliki karyawannya. Dengan cara tersebut, Agate mampu menekan tingkat turnover rata-rata menjadi 4,3 persen selama 4 tahun terakhir.
“Pokoknya kalau lu jago bakal dihormati, ini akan mendorong kompetisi,” sebutnya.